Kamis, 08 Desember 2022

Gendut Kenyal

Gendut, berbintik, pucat, dan kenyal. apa yang ada didalam kepala anda tentang 4 kata itu? yap.... salah, jawabannya adalah onde-onde. Onde-onde gendut karena didalamnya dia berisi. Berisi apa? berisi kenangan masa lalu. Bentar, salah... salah...


Onde-onde umumnya berisi kacang hijau, namun seiring berkembangnya zaman onde-onde kini hadir dengan berbagai isian seperti kacang merah, coklat, keju, matcha. Onde-onde ini bisa dibilang makanan yang introvert karena dia selalu bersembunyi dibalik adonan yang menyelimutinya. Bagian permukaan luarnya ditaburi biji wijen, itu lah yang membuatnya berbintik. Onde-onde pada dasarnya berwarna pucat, namun saat ini banyak onde-onde yang dimodifikasi seperti pelangi alangkah indahmu, ada warna merah, kuning, hijau. Onde-onde teksturnya lumayan kenyal, karena terbuat dari tepung.


Apakah ada yang tau bagaimana rasa onde-onde? kebanyakan onde-onde rasanya manis-gurih apalagi sambil memandang senyumnya. xixi.  


Onde-Onde sudah ada sejak zaman Majapahit. Kue ini terkenal di di daerah Mojokerto yang disebut sebagai kota onde-onde sejak zaman Majapahit. Namun, kue ini bukan berasal dari Mojokerto. Kebanyakan orang pasti mengira bahwa onde-onde ini makanan tradisional asli Indonesia. Nyatanya tidak, anda salah kecil. Kue ini berasal dari Tiongkok yang dibuat di masa kekuasaan Dinasti Zhou, yaitu sekitar 1045 – 256 SM. Kue ini dibuat untuk dihidangkan kepada para tukang kayu dan tukang batu yang membangun istana kaisar saat itu. Kue ini merupakan simbol keselamatan dan kebersamaan.


Selasa, 06 Desember 2022

Untaian Tulisan

    MEMBACA, membaca adalah sebuah kata kerja yang dimana hampir setiap manusia sudah pernah melakukannya. membaca ialah suatu kegiatan melihat tulisan bacaan pada buku atau media apapun sebagai proses memahami isi atau makna dari teks. secara umum membaca bertujuan untuk memperoleh informasi dan menambah pengetahuan. Namun sebenarnya tujuan dari membaca tidak hanya memperoleh itu saja, bagi sebagian orang membaca dapat bertujuan sebagai kesenangan atau hobi. Saat ini minat membaca buku di Indonesia sangat rendah.

     Adanya gawai dewasa ini membuat orang lebih suka menonton video, menonton film, dari pada membaca buku. Bagi mereka, buku hanyalah tumpukan kertas yang terdapat untaian tulisan didalamnya. Padahal, ilmu yang luas begitu terbentang didalam sana. Pikir mereka, buku adalah hal yang membosankan karena hanya berisikan jutaan tulisan berjejer berwarna hitam putih. Apalagi buku sejarah, untuk membukanya pun kebanyakan orang sudah enggan. Padahal buku sejarah adalah sumber dari segala sumber ilmu. Sindhunata pernah berkata “Hidup yang berkaki kuat adalah hidup yang menyejarah. Namun bagaimana kita bisa tahu sejarah, jika kita tidak membaca? Hidup yang berkaki kuat adalah hidup yang tidak sempit dan berani menjelajah. Namun bagaimana kita tahu akan yang luas, dan inspirasi untuk penjelajahan, jika kita tidak membaca?”

Sungguh beribu malang orang yang malas membaca buku. Karena dengan buku kita dapat membuka jendela dunia dan mengetahui apa isi dunia. 

Senin, 07 November 2022

Sang Pahlawan

Gelegar teriakan pembakar semangat kian terdengar dari radio - radio. bung Tomo sebagai sang pemilik suara tersebut tak henti - hentinya menggencarkan kalimat penyemangat melalui pidato untuk arek-arek Kota Pahlawan agar pantang mundur melawan penjajah yang ingin merebut kembali kemerdekaan Indonesia.



Dan untuk kita saudara-saudara.

Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap: merdeka atau mati!

Dan kita yakin saudara-saudara,

Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita, sebab Allah selalu berada di pihak yang benar. Percayalah saudara-saudara. Tuhan akan melindungi kita sekalian.

Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!

Merdeka!!!

itu adalah sepenggal pidato yang sungguh membuat hati bergetar.

kala itu, mereka yang berjuang dikenal dengan sebutan "pasukan berani mati". Di antara kelompok pejuangan itu, terdapat bukan hanya rakyat Surabaya. Tetapi juga pejuang dari Sumatera, Kalimantan, Maluku, Sulawesi, Bali, para kiai dan alim ulama dari berbagai Pulau Jawa. Anak-anak, pemuda, pemudi, dan orang tua. Semua terjun menjadi satu ke medan perang.

seorang pemuda melaporkan bahwa terjadi pelepasan tembakan oleh pasukan Inggris. Peristiwa yang ditunggu-tunggu pun tiba. Masing-masing pasukan pemuda, dikerahkan ke pos-pos dan pangkalan yang sudah menjadi tanggung jawabnya. Dalam perjuangan antara 2 kekuatan bukanlah badan besar yang menentukan, akan tetapi taktik dan strategi lah yang memenangkan perjuangan.

Pertempuran dahsyat pun terjadi. Moncong senjata memuntahkan pelornya. Segenap rakyat berjuang bersama. Tidak ada perbedaan golongan, tingkatan, agama, ras dan paham. Ketika satu Indonesia terancam, satu bangsa Indonesia akan membelanya.

10 november menjadi hari dimana peristiwa bersejarah itu terjadi. suara tembakan, darah, jeritan, teriakan minta tolong, bahkan tangisan menjadi bukti dari pertempuran memilukan ini.

Sabtu, 10 November 1945. pantas ditetapkan sebagai hari pahlawan atas semua yang telah terjadi. rakyat Indonesia yang telah berkorban saat itulah, gelar pahlawan layak disematkan. 

Sesungguhnya banyak nama-nama pahlawan yang teramat besar jasanya bagi bangsa Indonesia. Seperti Ki hajar dewantara yang sangat berarti bagi pendidikan di Indonesia, beliau mendirikan perguruan taman siswa dan turut membantu pribumi yang tidak bisa sekolah.
Raden Ajeng kartini, pahlawan wanita yang dikenang sebagai pelopor emansipasi perempuan. Selama hidup, ia memperjuangkan kesetaraan hak.
dan tak lupa pula Soekarno, jasanya amat besar bagi rakyat Indonesia, beliau adalah presiden pertama Republik Indonesia, pemimpin besar revolusi, dan beliau juga penyambung lidah rakyat.


Selain pahlawan-pahlawan tersebut, jasa ulama juga sangat berarti bagi bangsa ini. Namun kenapa, jasa ulama terdengar sangat asing bahkan masih banyak orang Indonesia yang tidak mengetahuinya? seolah jasa ulama tidak ada perannya sama sekali dalam perjuangan negeri ini. TKR pertama, Yang nanti menjadi TNI. Dan komandan divisi pertama TKR itu bernama Kolonel KH. Sam’un, pengasuh pesantren di Banten. Komandan divisi ketiga masih Kyai, yakni kolonel KH. Arwiji Kartawinata (Tasikmalaya). Sampai tingkat resimen Kyai juga yang memimpin.

Resimen 17 dipimpin oleh Letnan Kolonel KH. Iskandar Idris. Resimen 8 dipimpin Letnan Kolonel KH. Yunus Anis. Di batalyon pun banyak komandan Kyai. Komandan batalyon TKR Malang misalnya, dipimpin oleh Mayor KH. Iskandar Sulaiman yang saat itu menjabat Rais Suriyah NU Kabupaten Malang. Ini dokumen arsip nasional, ada Sekretariat Negara dan TNI.

Tapi semua data tersebut tidak ada dalam buku bacaan anak sekolah SD/SMP/SMA. Seolah tidak ada peran Kyai. KH. Hasyim Asy'ari yang ditetapkan pahlawan oleh Bung Karno pun tidak ditulis. Jadi jasa para Kyai dan santri memang dulu disingkirkan betul dari sejarah berdirinya Republik Indonesia ini.

Bung Karno juga memahami betul bahwa berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak lepas dari perjuangan para ulama, seperti pembentukan Laskar Hizbullah dan Laskar Sabilillah, yang beranggotakan kiai dan santri atas restu dan komando KH. Hasyim Asyari. Peran ulama juga sangat menentukan dalam pengangkatan Soekarno-Hatta  waliyyul amri ad-dlarur bisy-syaukah ketika seseorang mempertanyakan keabsahan pemimpinnya. Serta  resolusi jihad  Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ar yang membangkitkan semangat juang kelompok Bung Tomo dan arek-arek Suroboyo  melawan penjajah pada tanggal 10 November 1945  yang sekarang diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Hal ini juga terjadi ketika bangsa ini menggugat rumusan dasar negara. spirit beragama menjadi acuan utama yang dirumuskan dalam sila pertama  Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, yang mencerminkan pandangan tauhid Islam, sebagaimana  ditegaskan oleh KH Abdul Wachid Hasyim, yang merupakan anggota tim sembilan perumus dasar negara. status
Lebih lanjut konstitusi kita menjelaskan bahwa kemerdekaan yang dicapai bangsa Indonesia  adalah karena rahmat Allah SWT. Jelasnya, ulama juga berperan penting dalam pembangunan dan  dasar negara  Pancasila dan UUD 1945.

Maka, jangan sekali-kali mengabaikan jasa ulama. Dan jangan pernah menghilangkan kontribusi mereka untuk negeri ini. Di sini patut dihargai jargon Jas Hijau (Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama). Ada pula nasihat dan ungkapan Presiden Soekarno yang disampaikan saat berpidato di depan sidang MPRS pada 17 Agustus 1966 yang menyebut Jas Merah (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah dan Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah).

Jika dahulu, para pahlawan berjuang untuk tanah air kita tercinta. Namun kini, seiring perkembangan zaman di generasi saat ini, arti pahlawan memiliki makna lebih luas sehingga memunculkan banyak pahlawan baru di berbagai bidang.

‘Pahlawan Milenial’ sebut saja seperti itu. Pada zaman yang modern ini, bagi generasi milenial, pahlawan mungkin dapat dipersepsikan sebagai mereka yang dapat memberi perubahan ke arah lebih baik di masyarakat. Atau mereka yang dapat membawa pengaruh positif bahkan menciptakan inovasi-inovasi untuk kehidupan.





Senin, 10 Oktober 2022

Tidak Ada Sepak Bola Seharga Nyawa

   Stadion Kanjuruhan, kota Malang menjadi saksi atas terjadinya tragedi memilukan yang membuat ratusan orang tewas dan luka-luka. Laga Arema FC vs Persebaya Surabaya dalam BRI liga 1 atau dikenal sebagai Tragedi Kanjuruhan, menewaskan lebih dari 131 orang, 2 diantaranya adalah angota polri. Jumlah itu akan terus bertambah lantaran masih banyak korban yang dirawat dirumah sakit. Semua ini terjadi pasca pertandingan pada Sabtu malam, 1 Oktober 2022. Berakhir dengan skor 2-3 untuk kemenangan tim tamu. Tragedi ini menjadi tragedi sepak bola terburuk ke-2 dunia setelah tragedi di Guetamala pada tahun 1996. FIFA sebagai induk sepak bola dunia menunjukkan keprihatinannya dengan sebuah pernyataan resmi dari sang presiden, Gianni Infantino. Gianni Infantino mengucapkan belasungkawa atas insiden tragis di stadion Kanjuruhan. Gianni Infantino juga mendoakan pihak-pihak yang menjadi korban dari insiden Kanjuruhan ini.


   Mahfud mengatakan bahwa tragedi ini terjadi bukan karena bentrok antar suporter Arema dan Persebaya, karena waktu itu suporter persebaya tidak boleh ikut menonton. Karena Bonek mendapatkan sanksi atas kericuhan yang diperbuat mereka waktu. Jadi supporter yang berada dalam stadion dan lapangan hanya dari Arema saja. 
Pertandingan dipersiapkan cukup lama, dan melibatkan semua stake holder terkait, Panitia, Klub Sepak Bola, kepolisian, pemda, media dan Supporter. Berbagai hal coba untuk dilakukan, termasuk adanya peraturan tidak hadirnya ‘Bonek’ di pertandingan juga termasuk upaya agar meminimalisir terjadinya kericuhan, mengikuti keputusan rapat Aremania dan Panitia Pelaksana. Tapi, saran dan permintaan dari Kepolisian terkait jam penyelenggaraan pertandingan dan pembatasan jumlah penonton dalam stadion ditolak dan diabaikan oleh panitia pelaksana.

   hal Ini tentunya tidak lepas dari Indosiar selaku stasiun TV yang menyelenggarakan siaran langsung laga tersebut, dan Panitia Pelaksana yang ingin memanfaatkan keuntungan semaksimal mungkin dari penjualan tiket masuk, sehingga akhirnya jam tayang tetap tidak berubah, sementara kapasitas stadion yang mampu menampung 42.499 orang dimaksimalkan menjadi 42.000 tiket, tidak mengikuti saran dari Kepolisian yang menyarankan untuk menurunkan ke angka 25.000 tiket saja.

   Kejadian ini bermula dari salah satu supporter yang turun ke lapangan setelah peluit terakhir dibunyikan. Menurut kesaksian dari seorang penonton yang berada di stadion saat itu, awalnya pertandingan berjalan aman tidak ada kericuhan sedikit pun. Namun saat babak terakhir, saat Persebaya mencetak gol ke-3 nya dan hingga peluit terakhir dibunyikan Arema tidak bisa menambah gol nya, dan harus menerima kekalahan. Disinilah tragedi dimulai. Para pemain arema, pelatih Arema dan manager tim mendekati tribun timur dan menunjukkan gestur minta maaf ke supporter. Disisi lain, ada 1 orang supporter yang dari arah tribun selatan nekat masuk ke lapangan. Terlihat sedang memberikan semangat dan motivasi untuk pemain. Kemudian, ada beberapa lagi oknum yang masuk ke lapangan untuk meluapkan kekecewaan mereka. Dan semakin banyak mereka yang turun ke lapangan. Semakin ricuh kondisi stadion karena penonton dari berbagai sisi stadion juga ikut turun ke lapangan. Supporter semakin tidak terkendali. Hal itu membuat aparat melakukan pemukulan mundur, yang dimana hal itu bisa dibilang sangat kejam dan sadis. Supporter dipukul dengan tongkat, ditendang, bahkan ada 1 supporter yang dikeroyok oleh aparat. Banyak beredar video di twitter yang diambil dari penonton yang merekam kejadian saat itu. Para aparat melakukan tindakan yang sangat tidak manusiawi kepada para supporter. Saat aparat memukul mundur supporter di sisi selatan, supporter dari sisi utara yang menyerang ke arah aparat. Karena Aremania merasa saudaranya sedang diperlakukan tidak baik maka saudara yang lain tidak terima. Oleh karena semakin banyaknya supporter yang masuk ke lapangan dan kondisi sudah tidak kondusif, akhirnya aparat menembakkan beberapa gas air mata. Kepolisian mulai menembakkan gas air mata dan flare ke arah tribun. Padahal FIFA telah melarang hal tersebut. 

   Para saksi mengatakan banyak yang mendengar suara tangisan bahkan jeritan meminta aparat untuk menghentikan tembakan gas berbahaya itu, karena sudah banyak wanita bahkan anak-anak yang pingsan. Ditengah kesesakan akibat tembakan gas air mata, banyak penonton yang jatuh lalu terinjak-injak. Bahkan disetiap sudut tribun sudah dipenuhi gas air mata. Penonton ricuh dan berlarian panik mencari pintu keluar, namun semua pintu keluar ditutup. Entah itu sengaja atau memang murni kelalaian pihak panitia... Kita tidak pernah tau. 

   Tangisan, jeritan, teriakan minta tolong, rintihan kesakitan, semuanya terdengar begitu memilukan didalam stadion yang awalnya digunakan untuk pertandingan sepak bola yang kemudian berubah menjadi sebuah tempat yang merenggut banyak nyawa didalamnya. 

Kita semua, para supporter ini, adalah korban. Sepak bola yang penuh kebusukan ini tidak layak membuat kita semua saling bertengkar, saling caci, bahkan saling bantai. Bahkan sepak bola yang bersih pun, tidak layak membuat seorang ibu menangis karena anaknya tewas sia-sia. Apalagi sepak bola yang kotor dan penuh kebusukan. Saya disini tidak bermaksud untuk menyalahkan atau pun menuduh pihak manapun, karena kita tidak pernah tau apa saja yang telah terjadi atau bahkan yang tengah direncanakan dibelakang kita yang kita tidak tau menahu akan hal itu. 

Senin, 26 September 2022

Biografi Nasya

Nasya Amira Faradesi atau akrab dipanggil Nay adalah mahasiswi baru semester satu Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Nay dilahirkan oleh seorang wanita cantik yang dipanggilnya mama pada tanggal 3 Juni 2004 di Surabaya. Saat ini Nay tinggal di Sidoarjo. Awalnya ia tinggal di kota kelahirannya, yakni Surabaya. Namun saat kelas 4 SD, Nay dan keluarganya pindah ke Sidoarjo. 


Nay berasal dari keluarga yang dari segi ekonomi sendiri bisa dibilang sangat sederhana. Ayahnya adalah seorang pensiunan PNS dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Dengan kata lain, ayah dan ibunya tidak ada yang bekerja. Nay anak pertama dari 3 bersaudara. Memiliki 2 adik laki-laki yang masing-masing menduduki kelas 3 SD dan kelas 3 SMP. Sebagai anak pertama, dari kecil Nay sudah terlatih hidup apa adanya ditengah gaya hidup teman-teman sebayanya yang nongkrong sana-sini, belanja di mall, dan lain lain. Karena dia tidak mau menjadi beban kedua orang tuanya. 


Nay memiliki ketertarikan dalam dunia seni. Terutama dalam menggambar dan melukis. Dikala luang, Nay sering kali melukis dan menggambar karena bagi Nay melakukan hal itu adalah sebagai media mengekspresikan diri dan dapat menghilangkan stress. 


Ketika duduk dibangku TK, Nay sering mendapatkan juara menggambar dan mewarnai. Dan saat kelas 1 SD, Nay pernah menjuarai lomba fashion show yang di adakan oleh Universitas Negeri Surabaya. Dan pada kelas 1 SMA, Nay aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler PMR, ia memperoleh beberapa piagam dari lomba-lomba PMR yang diadakan sekolah maupun kabupaten. Ia juga bergabung dalam organisasi takmir dan aktif dalam progam kerja yang diadakan. 


Saat duduk dibangku kelas 3 SMA, lebih tepatnya mendekati ujian SBMPTN, murid-murid lain berbondong-bondong untuk mengikuti les intensif untuk persiapan ujian masuk perguruan tinggi negeri, yang dimana biaya les seperti itu menghabiskan uang yang tidak sedikit, bahkan jutaan rupiah. Nay juga sangat ingin mengikuti bimbingan les seperti itu. Namun, dia tidak ingin membebani orang tuanya lagi, apalagi biaya sekolah adik-adiknya yang juga harus dipikirkan. Tetapi ada seorang guru baik hati yang menawarkan bimbingan les dengan harga yang jauh lebih kecil daripada les intensif pada umumnya. Akhirnya Nay mengikuti bimbingan les itu, ya dengan uang hasil menabung dari uang sakunya setiap hari yang ia kumpulkan. Lagi-lagi alasannya karena tidak ingin merepotkan orang tua nya. 


Nay belajar dengan sangat giat dan sungguh-sungguh dalam mempersiapkan ujian SBMPTN ini. Tidak satupun hari ia lewatkan untuk tidak menghadiri les. Dan tibalah saat ujian SBMPTN. Ada rasa khawatir dan takut dalam hatinya jika ia gagal, karena ia akan sangat mengecewakan kedua orang tuanya. Dan benar saja, ketika pengumuman, Nay gagal. Dia sangat kecewa, kesal dan marah pada dirinya sendiri. Padahal Nay sangat ingin sekali berkuliah di jurusan gizi. Tapi takdir berkata lain. 3 hari dia terpuruk. Mengapa? Mengapa setelah semua usahanya selama ini tidak satupun yang berbuah manis. Setelah berdamai dengan dirinya sendiri akhirnya Nay mulai bangkit dan mendaftar berbagai macam perguruan tinggi negeri melalui jalur mandiri, ia pun belajar lagi untuk mengikuti UMPTKIN, yakni jalur tes yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi islam negeri. Sejujurnya, tidak terbesit sedikit pun dalam pikiran Nay untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi islam. Namun, dengan dorongan orang tua akhirnya Nay mengikuti tes UMPTKIN. Dan siapa sangka, dia keterima di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya jurusan Aqidah dan Filsafat Islam. 


Dari semua yang terjadi, Nay mendapat pelajaran berharga bahwa hasil bisa saja mengkhianati usaha karena sejatinya semua sudah ada yg mengatur. Bagaimanapun usahanya, jika Tuhan mentakdirkan bahwa itu bukan yang terbaik, maka bisa apa. Sebagai manusia hanya bisa berusaha, namun selebihnya Tuhan yang menentukan. Sekarang Nay merasa dirinya lebih baik semenjak kuliah di UIN Sunan Ampel Surabaya. Apalagi di prodi Aqidah dan Filsafat Islam ini, Nay semakin ter asah untuk berpikir kritis dalam mengkaji segala sesuatu.